Monday, March 20, 2017

STOP PENINDASAN WANITA,CINTAILAH DIA SEPERTI IBU MENCINTAIMU

loading...

Perempuan merupakan kelompok yang termajinalisasi dan tertindas karena berada dalam kondisi kurang menguntungkan, berpendidikan rendah, tidak mempunyai pengetahuan yang cukup, tanpa ketrampilan, dan berada pada sektor-sektor marjinal. Dalam kondisi diujung tanduk seperti ini, mereka harus mampu bertahan hidup, melangsungkan hidupnya sendiri, sekaligus hidup keluarganya.

STOP PENINDASAN WANITA,CINTAILAH DIA SEPERTI IBU MENCINTAIMU

Perempuan merupakan kelompok yang termajinalisasi karena berada dalam kondisi kurang menguntungkan, berpendidikan rendah, tidak mempunyai pengetahuan yang cukup, tanpa ketrampilan, dan berada pada sektor-sektor marjinal. Dalam kondisi diujung tanduk seperti ini, mereka harus mampu bertahan hidup, melangsungkan hidupnya sendiri, sekaligus hidup keluarganya.

Peran perempuan di dunia kerja, selalu dilabeli sebagai “Ibu Rumah Tangga”. Apapun  yang telah perempuan lakukan untuk membantu perekonomian keluarga, ia tetaplah seorang “Ibu Rumah Tangga” yang bertugas mengurus rumah tangga. Apapun upaya perempuan untuk “bekerja”, ia tetaplah terkurung dalam label Ibu Rumah Tangga. Label ini sebenarnya menunjukkan dikotomi dalam hal pembagian kerja antara laki-laki dan perempuan.

Sosok perempuan adalah manusia yang selalu berpikir bagaimana cara dirinya dan keluarganya bisa bertahan hidup. Mereka berjuang keras agar tidak terjebak dalam kemiskinan dan kesulitan ekonomi. Mereka melakukan segala upaya. Melakukan tindakan-tindakan yang sebenarnya melebihi perjuangan laki-laki. Perjuangan perempuan sangatlah kompleks. Tanggung-jawabnya besar dan banyak.

Ia bertanggung-jawab mengurus anak-anak, mengatur keuangan, melakukan kegiatan-kegiatan rumah tangga lain, seperti memasak dan mencuci. Bahkan tak sedikit perempuan yang pada akhirnya melakukan pekerjaan lain, hanya demi membantu memasukkan uang ke pundi-pundi keluarga, seperti dengan berjualan makanan ke tetangga.

Selain bagaimana perempuan ditafsirkan oleh masyarakat sebagai sosok yang marjinal. Pada dirinya sendiri, perempuan memiliki common sense bahwa cita-cita mereka, atau idea mereka memang adalah menjadi Ibu yang baik untuk anak-anaknya dan istri yang baik untuk suaminya. Common sense ini terbukti di Jawa, bahwa kebanyakan perempuan Jawa mengidealkan menjadi perempuan baik. Kriteria perempuan baik adalah menjadi ibu dan istri yang baik. Idea ini membuat perempuan secara naluri rela takluk pada laki-laki.

Tapi apadaya. realitas dan konstruksi sosial membuat perempuan harus mau dan mampu keluar dari idealnya. Hidup dalam kondisi tertekan secara ekonomi membuat perempuan mengubur dalam-dalam idealnya. Mereka tentu saja ingin selalu menjadi perempuan baik di rumah tangganya, tapi kebutuhan ekonomi tidak cukup hanya ditanggung suaminya sebagai kepala keluarga dan pencari nafkah.

Maka, banyak kasus perempuan melakukan migrasi ke luar kota atau luar negeri. Mereka berani meninggalkan batas-batas budaya dan lingkungan untuk menjadi buruh migran. Tentu saja kebanyakan bekerja menjadi seorang pembantu rumah tangga. Keberanian perempuan bekerja menjadi buruh migran merupakan sesuatu yang sangat luar biasa.

Menjadi seorang buruh migran seakan menjadi jalan akhir keluar dari masalah kehidupan. Faktor yang mendorong perempuan bermigrasi dengan menjadi TKW, selain karena kemiskinan ekonomi yang struktural di daerahnya itu, adalah juga karena faktor lain, antara lain:

1. Mendengar cerita keberhasilan tetangganya yang bekerja sebagai TKW

2. Kemudahan dalam hal pengurusan surat-menyurat menjadi TKW

3. Banyaknya agen penyalur, baik berbentuk lembaga resmi, tidak resmi, atau broker individu.

Demikianlah perempuan hidup, mereka benar-benar seorang pejuang. Meskipun lingkungan selalu merendahkannya. Perempuan adalah makhluk yang amat kuat. Fisik dan batinnya tak mudah goncang, meski lingkungan selalu berusaha menghancurkannya. Mari kita hormati perempuan! Sayangi mereka pula!

SHARE THIS

Author:

0 comments: